RAHASIA TERINDAH DIBALIK CITA-CITA
Cita-cita merupakan suatu keinginan yang ingin dicapai di masa depan. Tentunya keinginan tersebut mengarah kepada kehidupan di masa depan yang lebih baik. Setiap orang tentunya memiliki konsep yang berbeda mengenai apa itu cita-cita dan bagaimana untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut.
Mulai dari umur 6 tahun tanpa disadari, kita memulai salah satu tahap untuk memikirkan, memilih dan menentukan mau jadi apa dan bagaimana kita di masa depan nanti. Walaupun di umur 6 tahun itu belum begitu banyak bertebaran ide-ide, tapi itulah awal. Awal dari segalanya. Karena di umur tersebut, merupakan umur dimana kita mulai “WAJIB” untuk mengikuti proses pendidikan di bangku sekolah, yang bisa dibilang merupakan modal awal untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik di masa depan. Kenapa dapat dikatakan wajib? Karena dari bangku pendidikan itulah kita mendapatkan pencerahan, ilmu tentang bagaimana dunia ini, bagaimana menyikapi hidup ini. Dari sana pula kita akan mendapatkan fondasi tambahan tetang kehidupan, setelah sebelumnya mendapat pembentukan dari keluarga. Karena berbagai hal diajarkan disana. Baik dari sisi agama maupun sosial jauh lebih mendalam
Pendidikan di negara kita seperti pada umumnya yang telah kita kenal. Dimulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi (D3, S1, S2, dan S3). Biasanya pada tahap SD sampai SMA itu masih tahap-tahap mencari jatidiri dan cita-cita apa yang sebenarnya ingin dicapai. Maka dari itu, mulai masuk jenjang SMA kita mulai dijuruskan sesuai dengan minat dan bakat yang ada pada diri.
Apa sih sebenarnya tujuan kita mengikuti jenjang pendidikan? Apa kaitannya dengan cita-cita? Menurut konsep yang aku pahami selama ini, tujuan kita mengikuti pendidikan itu ada 3 hal. Pertama, karena aku seorang muslim, jadi hal apapun yang aku lakukan dalam kehidupan ini, aku niatkan tujuannya untuk ibadah lillahita’ala. Karena jika usaha aku dalam menempuh cita-cita aku melalui pendidikan ini untuk ibadah, tak akan sia-sia. Semuanya akan bermakna bagi aku pribadi maupun Allah aku. Kedua, aku merasa pendidikan itu adalah “gudang” ilmu, dengan ilmu yang aku dapatkan aku akan dapat memulai, merencanakan, dan melaksanakan apa yang menjadi cita-cita aku. Dan yang ketiga adalah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang nantinya akan membantu untuk menata hidup di masa depan.
Setelah sekian tahun digodog dalam dunia pendidikan, maka pada akhirnya kita mau tak mau harus terjun ke kehidupan nyata. Kehidupan yang sangat nyata akan dirasakan ketika sudah lepas dari bangku pendidikan. Ketika kita mulai menata karir dengan menelusuri setiap lowongan kerja yang ada. Baik itu di internet, koran bahkan sampai dari selebaran-selebaran. Yang aku rasakan, sebetulnya gampang-gampang susah untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang sesuai harapan.
Setelah aku lulus dari institusi pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi swasta di Bandung, mengalami penolakan lebih dari 10 perusahaan. Baik itu BUMN, CPNS maupun perusahaan swasta. Ada sedikit pengalaman yang memberikan banyak pelajaran kepada aku untuk bisa menerima kegagalan. Dan di balik kegagalan itu ternyata menyimpan hikmah yang sangat besar bagi aku.
Ketika itu sekitar satu minggu dari selesainya sidang Tugas Akhir (TA) di kampus. Aku mendapatkan info dari seorang senior. Katanya salah satu BUMN besar di negeri ini sedang mengadakan prekrutan besar-besaran. Aku disuruh untuk mengecek ke url yang mengacu ke web ECC UGM. Disana aku langsung melakukan pendaftaran online. Jujur, aku hanya iseng-iseng tak begitu berharap akan diterima. Karena aku merasa aku tidak begitu mampu untuk menghadapi tes-tes yang akan diberikan nantinya.
Singkat cerita, aku akhirnya bisa pergi ke Jogja untuk melakukan tes. Tepatnya di Graha Sapta Pramana (GSP) Universitas Gajah Mada (UGM). Tes tahap pertama, lolos. Begitupun dengan yang kedua dan ketiga. Alhamdulillah lolos terus. Beberapa waktu kemudian sehari setelah aku wisuda, tes tahap keempat dilaksanakan. Tepatnya di kota Semarang. Tes kesehatan. Tes yang paling aku takuti. Akhirnya setelah menunggu hampir satu bulan, pengumuman itu ada.
Ketika itu, langit serasa runtuh seketika, bumi terasa bergetar hebat, ya Allah aku tidak lolos di tahap tes kesehatan ini. Benar-benar rasa terpukul itu terasa sekali. Hari itu, aku benar-benar tidak bisa merasakan apa-apa. Makan tak nikmat, tidurpun tak nyenyak. Aku merasa, Allah ga adil. Aku sudah mendapatkan sahabat baru dengan tes itu. Kenapa harus dipisahkan dengan tidak lolosnya aku Allah? Benar-benar masa yang sangat membuat aku terpukul. Aku mencoba berkonsultasi dengan dosen aku dulu di kampus. Beliau berkata “Ika, kamu gagal di BUMN itu bukan berarti kamu bodoh, kamu gagal. Bukan Ika... Allah berarti masih punya rencana lain. Rencana yang lebih indah. Percayalah nak.” Sedikit melegakan nasehat beliau. Tapi tetap saja di pikiranku masih sedikit tersimpan rasa kurang menerima. Itu cita-citaku, itu harapanku. Walaupun awalnya iseng, tapi aku menjalaninya dengan sepenuh hati. Apakah dengan gagalnya aku masuk BUMN ini, cita-cita ku untuk mengamalkan ilmu aku, membahagiakan orang tua aku dan menggapai cita-citaku selanjutnya serta memperoleh penghasilan sendiri akan musnah? Allah, tolong beri aku jalan keluar.
1 minggu setelah kejadian itu, aku baru benar-benar bisa bangkit kembali, untuk menata kehidupanku selanjutnya. Aku mulai mencari-cari lowongan pekerjaan. Alhamdulillah, banyak panggilan dan banyak penolakan juga. Entah kenapa, ga ada yang pas dengan hati. Yang pada akhirnya tersisa 2 kesempatan. Yang pertama adalah perusahaan kontraktor raksasa dari jepang dan yang kedua adalah salah satu kementrian besar di negeri ini. Aku mengikuti tes di keduanya.
Di perusahaan jepang, Alhamdulillah aku lolos sampe akhir. Tapi tiba-tiba di hari yang sama aku mendapatkan kabar bahwa aku lolos juga di kementrian besar itu. Ya Allah, aku benar-benar bingung saat itu. Mana yang harus aku pilih??? Setelah berkonsultasi dengan keluarga, akhirnya saya putuskan mundur dari perusahaan Jepang dan masuk ke kementrian tersebut. Ya Allah, inikah rencana indahMu itu. Tak hanya aku yang merasakan bahagia. Keluarga pun begitu. Karena memang mereka dari awal mengharapkan aku bisa dapat masuk sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di salah satu kementrian ataupun di daerah. Akhirnya aku mendapatkan yang terbaik menurutNya. Terimakasih ya Allah...
Setelah mendapatkan kabar baik itu, aku flash back mulai dari aku mengenyam bangku pendidikan dari paling dasar sampai paling tinggi. Semuanya sangat berkaitan. Sungguh sangat indah rangkaian skenario hidupku ini. Cita-citaku ini, tak harus seperti apa yang ada di benakku. Cita-citaku ini masih ada yeng mengatur. Dia adalah sang pencipta. Yang paling tau apa yang terbaik untuk hambaNya. Walaupun aku tidak bisa masuk ke BUMN besar itu, aku masih bisa bergabung di kementrian yang tak kalah hebat. Selain itu, sahabat yang aku temui di tempat tes itu, malah semakin dekat. Dia banyak memberikan semangat kepadaku ketika aku menjalani hari-hari tes. Walaupun sekarang terpisahkan oleh jarak.
Sungguh indah rahasia di balik cita-citaku ini. Mulai sekarang aku akan selalu yakin, semua yang terjadi pada diriku ini sudah yang terbaik yang Allah kasih. Bahkan di dunia ini, semuanya sudah adil. Semuanya sudah diatur olehNya. Tak ada yang terlewat sedikitpun, walaupun itu hanya sebuah daun yang jatuh dari pohonnya. Semua sudah kehendakNya.